Setelah bertahun-tahun tinggal di Surabaya dan pergi ke tempat suadara di kawasan Sedati, baru aku menyadari ada perubahan yang sangat drastis di sekitar tempat kos saudara saya ini. Di tahun 2010, kawasan ini masih banyak yang berupa persawahan dengan rumah yang tidak terlalu banyak, 13 tahun kemudian, Pembangunan sudah sangat pesat sekali. Banyak sawah yang sudah berubah fungsi menjadi kawasan industri dan pabrik. Jalanan juga dibangun dengan lebih baik. Nuansa desa yang dulu masih terasa di kawasan ini sudah pudar oleh nuansa perkotaan yang padat, rumah yang semakin sempit dengan jalanan yang semakin ramai.
pengamat ilmu sosial
Rabu, 08 November 2023
Cara Mengurangi Perubahan Fungsi Lahan Pertanian
Setelah bertahun-tahun tinggal di Surabaya dan pergi ke tempat suadara di kawasan Sedati, baru aku menyadari ada perubahan yang sangat drastis di sekitar tempat kos saudara saya ini. Di tahun 2010, kawasan ini masih banyak yang berupa persawahan dengan rumah yang tidak terlalu banyak, 13 tahun kemudian, Pembangunan sudah sangat pesat sekali. Banyak sawah yang sudah berubah fungsi menjadi kawasan industri dan pabrik. Jalanan juga dibangun dengan lebih baik. Nuansa desa yang dulu masih terasa di kawasan ini sudah pudar oleh nuansa perkotaan yang padat, rumah yang semakin sempit dengan jalanan yang semakin ramai.
Rabu, 01 November 2023
Pedagang Konvensional perlu Beradaptasi dengan Perubahan Sosial
Beberapa waktu lalu sedang viral bahwa pedagang Tanah Abang meminta agar seluruh online shop seperti Shoopee, Lazada dll ditutup agar mereka bisa survive. Mungkin karena keberhasilan pedagang konvensional yang memaksa pemerintah menutup tiktok Shop sehingga mereka memaksa agar toko-toko online lain juga ditutup. Netijen pun langsung bereaksi dengan keras mengenai hal ini. Kebanyakan dari yang aku baca adalah menghujat, bukan toko online yang ditutup melainkan tanah abang yang ditutup.
Kamis, 26 Oktober 2023
Alasan Orang ingin Menjadi ASN
Kemarin adalah hari terakhir pendaftaran PNS dan P3K lho. Momen yang selalu ditunggu-tunggu oleh banyak orang di indonesia. yah, siapa sih yang tidak ingin menjadi Aparatur Sipil Negara alias ASN. Nah, kali ini aku akan membahas masalah ASN ini, tema yang jadul tapi selalu relevan tidak lekang oleh waktu. Aku dulu juga tidak tertarik menjadi ASN sih, tapi seiring berjalannya waktu aku menyerah dengan realita yang ada, dan menjadi ASN adalah salah satu zona nyaman sebelum melangkah di level berikutnya. Nah, mengapa sih, status ASN tetap laku di indonesia?
Rabu, 18 Oktober 2023
Film Horor tidak akan Sepi Penonton
Setan apa yang paling kamu takuti? Kalau saya sih paling takut dengan yang namanya pocong. Pokoknya jauh lebih takut ketemu atau kepikiran dengan pocong dibanding ketemu dengan setan lain semacam kuntilanak, sundelbolong, buto ijo, atau wewe gombel. Nah, omong-omong tentang film horror. Aku berpikir, mengapa sih film horror selalu mampu menarik minat penonton indonesia. memang tidak semua ya, tergantung jalan cerita serta eksekusi. Horror kalau zonk juga gak bakal dilirik sama penonton, tapi mengapa tema ini disukai oleh penonton?
Rabu, 11 Oktober 2023
Madiun sebagai Ibukota Negara Jawa
Yuk kita berandai-andai jika negara Jawa (yang mencakup jawa Tengah dan jawa timur) berdiri, maka ibukota yang tepat itu enaknya daerah mana ya? hal ini ada dipikiran gara-gara sebuah pertanyaan di quora. Dengan sedikit pengetahuan geografi, maka aku akan menjawab, enaknya ada di kawasan Madiun. Loh, mengapa Madiun?
Ada beberapa
alasan yang mendasari pemilihan ibukota di Madiun. Secara letak geografis, maka
Madiun persis ada di tengah jika posisi horizontal. Jarak antara Madiun ke
Banyuwangi adalah 441 km, sementara Madiun ke Purwokerto adalah 406 km (ini
jarak setelah berkelok-kelok, bukan jarak lurus,tapi secara itung-itungan lurus
manual juga memiliki jarak yang hampir sama kok). Ini jika dilihat secara
horizontal ya, secara vertikal juga posisi Madiun juga ada di tengah, tidak terlalu
ke utara atau juga tidak terlalu ke selatan. Posisi ke tengah ini sangat
penting agar tidak menimbulkan gelombang protes dari kelompok manapun.
Bayangkan jika posisi terlalu jauh ada di kawasan barat misalnya di Semarang
atau malah Purwokerto, maka akan menimbulkan protes di wilayah bagian timur
karena jarak yang terlalu jauh. Begitu juga jika posisi terlalu ke timur,
misalnya di Malang atau Surabaya, maka akan menimbulkan gelombang protes dari
penduduk yang ada di kawasan barat mengingat jarak yang terlalu jauh.
Tiba -tiba jadi
ingat, bagaimana pemilihan ibukota Kabupaten Kediri juga menimbulkan tarik
ulur. Dilihat dari kemajuan, maka kawasan Kota Pare itu sangat cocok untuk
dijadikan ibukota, tapi posisi yang terlalu ke utara menimbulkan protes dari
penduduk yang ada di selatan, akhirnya diputuskan ibukota Kabupaten Kediri adalah
kecamatan Ngasem dan dinamakan Pamenang yang posisi lebih ke tengah. Kemudian jika
dilihat dari utara selatan, posisi Madiun itu juga persis ada di tengah, tidak
terlalu mendekati laut. Hal ini juga penting sekali jika terjadi perang, maka
penguasaan ibukota oleh negara lain itu akan lebih lambat daripada kalau
posisinya persis di pesisir pantai. Contohnya adalah Myanmar yang memindahkan
ibukotanya dari Yangoon ke Naypidaw salah satu alasannya adalah menjauhi laut sehingga
bisa memperlambat penguasaan ibukota negara jika terjadi perang.
Ini jika dilihat
dari letak geografisnya. Berikutnya adalah kawasan Madiun dipilih karena berupa
dataran rendah. Perkembangan suatu kota itu akan jauh lebih cepat jika di
dataran rendah daripada dataran tinggi atau kawasan pegunungan. Proses Pembangunan
ini tentu akan memudahkan berbagai Pembangunan sarana infrastruktur yang
dibutuhkan. Bukan berarti kalau di kawasan pegunungan seperti Magetan maka
tidak bisa, tentu bisa, apalagi kalau jumlah penduduk yang terus bertambah
kawasan pegunungan juga bakal padat dengan sendirinya. Kita hanya melihat dari
kondisi sekarang dan kondisi idealnya sebuah kota dibangun. Kota Madiun
memiliki luas 33 km2 dan kabupaten Madiun memiliki luas sekitar 1000
km2. Luas wilayah ini tentu merupakan potensi besar untuk bisa
dikembangkan menjadi sebuah ibukota baru dengan jumlah penduduk yang masih
sedikit.
Mengapa tidak
memilih Surabaya atau Malang atau Jember atau Kediri dengan mengabaikan faktor
geografis mereka? Nah ini dia , pusat perkembangan wilayah itu seingatku dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu SDA, SDM, kondisi geografis, serta infrastruktur.
Betul Surabaya dan Malang jauh lebih maju daripada Madiun, tapi saya menganut
prinsip biarlah sebuah kota itu cukup menanggung satu beban besar saja. Kesalahan
utama di Indonesia adalah satu kota diusahakan menanggung banyak beban, ya kota
perdagangan , kota industri, kota ekonomi, kota wisata, kota pendidikan
sehingga bergabung menjadi satu. Padahal idealnya sebuah kota itu cukup
menanggung satu beban saja dan dilakukan pemerataan dengan kota-kota lain
sehingga beban kota itu tidak menjadi besar dan proses urbanisasi juga tidak masif
hanya di satu titik saja.
Mari kita lihat
contoh kota yang ada di Amerika. Ibukotanya adalah Washington DC. Ibukota
hiburan dan judi ya ada di Las Vegas, kota industri perfilman ada di Hollywood
yang ada di Los Angeles. Begitu juga kawasan tambang juga menciptakan kota kota
sendiri seperti Bodie, Thurmond, Kennecott, st. Elmo (namun sekarang sudah
menjadi kota hantu). Kalau ingin bekerja di sektor ekonomi ya pergi ke New
York. Kawasan di Amerika juga mengenal kawasan cotton belt, corn belt dan wheat
belt yang mengakibatkan kota kota dengan basis utama berupa pertanian juga
muncul di kawasan itu. Nah, dari itu maka berbagai kegiatan ekonomi bisa
disebar ke berbagai wilayah dan juga pastinya akan menyebarkan penduduknya,
tergantung mereka minat dalam hal apa.
Surabaya dan
sekitarnya (Sidoarjo, Gresik dan Mojokerto) sudah kokoh berdiri sebagai kawasan
industri dengan Surabaya sebagai gerbang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak.
Biarlah kawasan ini tetap dikembangkan sebagai kawasan industri. Kawasan Malang
merupakan kawasan perkebunan dan tempat wisata dimana Malang sudah memiliki brand
sebagai kota pendidikan juga. banyak sekolah dan universitas yang ada di kota
ini. Biarlah beban ini tidak ditambah lagi dengan menjadi sebuah ibukota.
Jember hampir tidak mungkin karena posisi yang sudah terlalu jauh ke timur.
Semarang sudah padat penduduknya dan juga biarlah tetap fokus sebagai kota
industri dan perdagangan. Selain itu, Semarang bagian bawah itu sering terkena
rob dan jika tidak ada tindakan berarti dari pemerintah diperkirakan kawasan
Semarang bawah akan tenggelam terkena banjir rob. Jelas ini merupakan hal yang
tidak mendukung.
Surakarta lebih
tepat dibiarkan sebagai pusat budaya Jawa bukan menjadi sebuah ibukota. Entah
mengapa, aku kuatir jika Surakarta dijadikan ibukota maka kawasan-kawasan yang
tidak setuju sih. Jika mengingat Sejarah zaman dulu, Jawa bagian timur merupakan
kawasan yang anti terhadap kekuasaan Mataram Surakarta. Tentu kita tidak lupa
kawasan Arek yang berupaya menciptakan bahasa sendiri lepas dari pengaruh Mataram
Jawa. Belum lagi kawasan tapal kuda alias Kerajaan Blambangan yang dulu sempat
dihancurkan oleh VOC yang didukung oleh Mataram Jawa. Jadi lebih baik
meminimalisasi hal ini dengan cara melepaskan diri dari pengaruh Surakarta.
Kemudian dilihat
dari faktor bencana. Madiun secara umum bebas dari pengaruh bencana alam. Kalau
di kawasan Pesisir seperti Surabaya dan Semarang, dikuatirkan terkena bencana
banjir rob yang memang makin parah. Belum lagi faktor perubahan iklim global
yang mengakibatkan permukaan air laut akan terus mengalami kenaikan. Tentu saja
korban pertama yang terdampak adalah kawasan pesisir terlebih dulu seperti
Semarang, Surabaya, Demak, Jepara, Gresik dan lain-lain. Madiun yang jauh dari
laut akan lepas dari bencana seperti itu. Faktor Kawasan industri juga
mengakibatkan terjadi kerusakan lingkungan yang cukup parah di kota-kota
pesisir seperti Semarang dan Surabaya. Penduduk yang padat ditambah banyak
bangunan tinggi juga mengakibatkan peluang terjadinya instrusi air laut. Masuknya
intrusi air laut mengakibatkan air tanah menjadi lebih asin dan tidak layak
minum . kasus ini akan banyak ditemukan di kota pesisir yang sudah padat
penduduknya dan banyak gedung-gedung tinggi.
Banyaknya pabrik
dan juga penduduk yang sangat pada juga mengakibatkan tingkat polusi air
menjadi tinggi. Balik lagi, air tanah pasti akan terdampak dari limbah air yang
sudah tercemar ini. Ujung-ujugnya air sering tidak laiak dikonsumsi. Kasus di
Surabaya, biasanya penduduk menggunakan air isi ulang/mineral untuk konsumsi,
sementara air PDAM hanya digunakan untuk mandi mencuci baju dan sejenisnya. Kawasan
Madiun juga bisa lepas dari peluang terjadinya tsunami karena posisinya yang
jauh dari Selatan Jawa. Selain itu juga bisa selamat jika terjadi bencana badai
siklon tropis karena posisinya masih berada antara 7-80 LS.
Sementara itu kita tahu bahwa badai tropis tidak akan terjadi antara 0-100
LS/LU karena kawasan ekuator pasti panas.
Bencana longsor juga
tidak akan terjadi di kawasan Madiun. Letusan gunung berapi juga juga tidak
memengaruhi karena Madiun diapit oleh dua gunung yang secara teori masuk kategori
gunung yang sudah lama tidak aktif, yaitu Gunung Lawu dan Gunung Wilis. Berbeda
dengan Surakarta yang lebih dekat dengan Gunung Merapi atau Kediri yang lebih
dekat dengan Gunung Kelud. Malang juga lebih dekat dengan Semeru yang juga
sering aktif. Kebencanaan ini tentu juga menjadi pertimbangan utama. Apalagi
Yogya yang jelas-jelas berada di dekat dengan Merapi. Salah satu alasan dulu
Kerajaan Mataram hindu kuno berpindah ke Jawa Timur kan karena pusatnya yang di
yogya dulu sering terkena bencana gunung api.
Betul memang
biaya untuk membangun akan jauh lebih besar dibandingkan kota-kota besar lain
yang lebih siap secara infrastruktur, namun untuk jangka panjang, Madiun itu
jauh lebih prospektif untuk bertahan menjadi Ibukota Jawa yang baru. Itulah teori
saya jika jawa berubah menjadi sebuah negara baru (hanya mencakup jawa Tengah,
jawa Timur dan Yogya). Bagaimana pendapat kalian? Silahkan komen ya.
Senin, 04 September 2023
pohon trembesi efektif untuk mengurangi polusi udara
Beberapa waktu kita mendengar bagaimana polusi udara sangat akut terjadi di ibukota negara Indonesia alias Jakarta. Polusi udara dalam tingkat yang sangat parah, salah satu yang terparah di Asia Tenggara. Dampak polusi udara yang terlalu parah tentu berpengaruh terhadap penyakit yaitu penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan alias ISPA. Tiba-tiba jadi ingat seorang rekan dulu bercerita kalau udara di Jakarta itu di waktu-waktu tertentu seperti kabut, padahal bukan kabut melainkan polusi udara yang terlalu parah sehingga tidak mampu terserap sepenuhnya oleh tanaman dan mengambang. Kemudian saya teringat pas tanggal 17 Agustus kemarin, sewaktu melihat siaran online upacara pengibaran bendera di Jakarta. Saat itu terlihat banget udara di atasnya sangat gelap seperti asap. Dari tayangan tersebut, akhirnya saya percaya bahwa polusi udara di Jakarta nyata adanya, bukan sekadar katanya dan katanya lagi. Ok, kalau polusi udara begitu besar, terus apa yang harus dilakukan?
Cara Mengurangi Perubahan Fungsi Lahan Pertanian
Setelah bertahun-tahun tinggal di Surabaya dan pergi ke tempat suadara di kawasan Sedati, baru aku menyadari ada perubahan yang sangat drast...
-
Beberapa waktu lalu sedang viral bahwa pedagang Tanah Abang meminta agar seluruh online shop seperti Shoopee, Lazada dll ditutup agar mere...
-
Setan apa yang paling kamu takuti? Kalau saya sih paling takut dengan yang namanya pocong. Pokoknya jauh lebih takut ketemu atau kepikiran...
-
Beberapa waktu kita mendengar bagaimana polusi udara sangat akut terjadi di ibukota negara Indonesia alias Jakarta. Polusi udara dalam tingk...